Senin, 01 Agustus 2011

Low Level Plant Inventory & Mushrooms in Transition Zone Nature Reserve Gunung Raya Pasi Granny Pading Singkawang, West Kalimantan


Inventarisasi Tumbuhan Tingkat Rendah & Jamur pada  Zona Peralihan Cagar Alam Raya Pasi  Gunung Nek Pading Singkawang, Kalimantan Barat 

by
Dwi Hardiyanto, Eni Setianingsi, Hening P.N, Ika Kartika, Ratna Paramita
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas TanjungPura.
Jln. A. Yani, Pontianak, Kalimantan Barat 78124.

ABSTRACT

Indonesia is one country that has a tropical climate. This tropical climate affect existing forest types in Indonesia, the Tropical Rain Forest. One characteristic of tropical rain forest spesies diversity is contained in it is very high, such as low levels of plant diversity. The purpose of this research is to find low levels of plant diversity and fungi that can do an inventory of these plants.The method used in this study is to explore methods to record low levels of spesies of plants and fungi in the path specified. The frequency of the most common spesies appear is Pityrogramma calomelanos and Drymoglosum piloselloides an almost in every track. The frequency of spesies is the least class Lichenes and moss with Parmelia aceptabulum; Bryum sp and Pshycomitrium pyriformae. So, in Mount Granny there Pading low diversity of plants and fungi levels are varied.

Keywords: Low Level Plant, Spesies Diversity, Frequency.
  

Inventarisasi Tumbuhan Tingkat Rendah & Jamur pada Zona Peralihan Cagar Alam Raya Pasi Gunung Nek Pading Singkawang, Kalimantan Barat


ABSTRAK

            Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis.  Iklim tropis ini  berpengaruh terhadap jenis hutan yang ada di Indonesia,  yaitu hutan hujan tropis. Salah satu ciri khas dari hutan hujan tropis yaitu  keanekaragaman spesies yang terdapat di dalamnya sangat tinggi, misalnya keanekaragaman tumbuhan tingkat rendah. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat rendah dan jamur sehingga dapat  melakukan inventarisasi terhadap tumbuhan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode jelajah dengan  melakukan pencatatan spesies tumbuhan tingkat rendah  dan jamur di jalur yang telah ditentukan. Frekuensi spesies yang paling sering muncul ialah Pityrogramma calomelanos dan Drymoglosum piloselloides yang hampir di tiap trek.  Frekuensi spesies yang paling sedikit ialah golongan Lichenes dan Bryophyta dengan Parmelia aceptabulum ; Bryum sp dan Pshycomitrium pyriformae. Jadi, di Gunung Nek Pading terdapat keanekaragaman tumbuhan tingkat rendah dan jamur yang beragam.
Kata Kunci : Tumbuhan Tingkat Rendah, Keanekaragaman Spesies, Frekuensi

 by :  
Dwi Hardiyanto, Eni Setianingsi, Hening P.N, Ika Kartika, Ratna Paramita
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas TanjungPura.

Manfaat si Pegagan (Centella asiatica L.)

Klasifikasi menurut Tjitrosoepomo
(2000) sebagai berikut :
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliposida
Ordo : Umbillales
Familia : Apiaceae/Umbelliferae
Genus : Centella
Species : Centella asiatica (L) Urban
 
Di Jawa Barat, pegagan banyak tumbuh di perkebunan atau di pekarangan. Masyarakat Jawa Barat mengenalnya sebagai salah satu tanaman lalap. Di India, tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat disentri. Di India, Pakistan, dan sebagian Eropa Timur telah lama, ribuan tahun yang lalu, pegagan dipercayai dapat meningkatkan ketahanan tubuh (panjang umur), membersihkan darah dan memperlancar air seni. Dalam pengobatan Cina pun, pegagan dikenal dapat memperpanjang umur. Sementara masyarakat Timur Jauh di Eropa menggunakan pegagan sebagai obat lepra dan TBC. Di Eropa, pegagan telah diolah menjadi salep 1% atau bubuk 2% sebagai obat luka dan borok yang menahun. Masyarakat Malaysia pun telah lama mempergunakan pegagan sebagai tonik dan minuman segar serta infuse jalukap digunakan dalam pengobatan gangguan liver (Dharmono, 2007).
Ekstrak daun pegagan mempunyai nilai terapetik untuk pengobatan hipertropik, bekas luka dan keloid, zat aktif yang mendukung khasiat ini adalah senyawa golongan saponin (termasuk asiatikosida dan asam asiatat). kandungan asiatikosida dapat dimanfaatkan untuk obat penyakit lepra, penyembuh luka, dan radang tenggorokan.kandungan glukosida berkhasiat sebgai pembersih darah, melancarkan peredaran darah dan penambah aroma manis. sedangkan untuk kandungan tanin berkhasiat untuk mengatasi radang usus (Mursito, 2007).

Referensi:
Dharmono. 2007. Kajian Etnobotani Tumbuhan Jelukap (Centella asiatica L.) di Suku Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado. Bioscientiae.Volume 4. No.2. halaman: 71-78.
Mursito, Bambang. 2007. Sehat diUsia Lanjut dengan Ramuan Tradisional. Jakarta : Penebar Suwadaya.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2000. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.